Khadijah, terima kasih
Mengenalmu membuatku mengerti
Wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik*
Hingga membuatku terpacu berubah
Untuk sekuat tenaga meneladani Rasulallah
Hingga satu saat nanti, layak mendapatkan seorang Khadijah**
Khadijah, aku sangat merindukan
Sosok sepertimu menemaniku meniti jalan pulang
Menuju Kampung Cinta, Kampung Keabadian
*) Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Q.S. An Nur 26
**) Jakfar Murthada seorang pakar sejarah Islam menulis: “Khadijah merupakan perempuan Quraisy terbaik, termulia, terkaya dan tercantik. Ia diberi gelar thahirah dan sayyidah (penghulu) Quraisy, semua para pembesar kabilah berkeinginan untuk menikah dengannya”. Para pembesar Quraisy untuk melamarnya telah bersedia menyediakan harta yang banyak sebagai maharnya, mereka adalah; Uqbah bin Abi Mui’th, Shalti bin Abi Yahab, Abu Jahal dan Abu Sufyan. Namun Sy. Khadijah –yang terpenting baginya kemulian bathin dan akhlak prilakunya- telah menolak semua lamaran mereka. Beliau menerima lamaran Nabi Muhamad saww karena keluhuran budi pekerti dan kemuliaan jiwa yang dimiliki oleh Nabi Muhamad saww.
Abul Hasan Bakri menulis: “Pada suatu hari Khadijah duduk di antara kumpulan para pelayannya, sementara seorang ulama Yahudi hadir di tempat tersebut. Tiba-tiba Nabi Muhamad saww melewati tempat tersebut. Sewaktu ulama yahudi melihatnya dan mengenalnya, ia memohon kepada Sy. Khadijah untuk mengundang beliau ke acara pertemuan tersebut. Sy. Khadijah mengirim budaknya untuk mengundang Nabi saww hadir di acara itu. Ketika ulama Yahudi melihat tanda kenabian di pundak beliau, lantas ia berkata: “Sumpah demi Tuhan inilah penutup kenabian”.
Sy. Khadijah berkata: “Jika pamannya mengetahui bahwa engkau telah melihat bagian dari tubuhnya maka ia akan menghukum Anda, karena beliau sangat merasa takut kepada ulama Yahudi. Ulama Yahudi berkata: “Siapa yang akan berani berbuat jahat kepadanya, sumpah demi kebenaran kalam Tuhan ia adalah Nabi akhir zaman. Berbahagialah orang yang akan menjadi istrinya, karena beliau orang yang sudah mencapai kemuliaan dunia dan akhirat. Sejak dari sini rasa cinta terhadap Nabi saww telah tumbuh di hati Sy. Khadijah”.
Dengan berlalunya waktu rasa cinta terhadap Nabi saww semakin bertambah. Ini dikarenakan setiap hari beliau menyaksikan kemuliaan pribadi dan keluhuran budi pekertinya. Sampai akhirnya pada suatu hari beliau mendengar bahwa Abu Thalib akan mengirimnya untuk pergi berniaga. Sy. Khadijah segera mengusulkan kepadanya agar Nabi saww pergi ke Syam untuk berniaga dengan membawa barang dagangannya, dengan membagi keuntungan sebagaimana yang telah diberikan kepada yang lainnya. Sy. Khadijah mengirim budaknya yang bernama Maisaroh untuk menemani Nabi saww selama dalam perjalanannya.
Sekembalinya dari perniagaan Maisaroh menceritakan segala keajaiban yang telah disaksikannya selama menemani Nabi saww, yang menunjukkan kedudukan agung yang dimiliki oleh beliau. Dan iapun menyampaikan pesan seorang pendeta tentang Nabi saww kepada tuannya Sy. Khadijah. Setelah mendengar tentang keajaiban-keajaiban yang terjadi pada Nabi saww dari budaknya sebagai rasa syukur ia membebaskan budaknya yang bernama Maisaroh beserta keluarganya dengan membekali modal untuk memulai kehidupan barunya.
Keesokan harinya ketika Nabi Muhamad saww kembali mendatangi untuk menghitung dan menyerahkan keuntungan hasil perniagaannya, ia memancing Nabi saww sehingga diketahui beliau berencana untuk membangun rumah tangga. Sy. Khadijah bertanya: “Apakah Anda senang, jika saya nikahkan dengan seorang perempuan pilihanku? Nabi saww menjawab: “Ya”. Sy. Khadijah kembali melanjutkan: “Saya telah menemukan seseorang yang sesuai untuk Anda, ia berasal dari bangsa Quraisy. Ia perempuan terkaya, tercantik, termulia, paling dermawan dan baik. Ia akan membantu segala urusanmu, ia rela dengan yang engkau miliki dan ia menyesuaikan hidupnya dengan hidupmu. Padahal apabila orang lain yang melamarnya dengan memberikan harta yang banyak ia tidak akan menerimanya”. Diakhir pembicaraannya Sy. Khadijah berkata: “Perempuan itu, yang akan menjadi pelayan dan milikmu adalah Khadijah”.
Karena Nabi saww mengetahui dan mengenal kemuliaan dan keluhuran budi pekerti Sy. Khadijah, beliaupun menerima usulannya dan akhirnya beliau melamarnya melalui pamannya Abu Thalib. Setelah beliau menikah dengan Nabi saww para perempuan pembesar Quraisy mengucilkannya karena beliau telah menikah dengan orang miskin dan bukan bangsawan. Dari pernikahannya yang suci ini terlahirlah Qosim, Abdullah dan empat anak perempuan diantaranya ialah Sy. Fathimah Zahro.
Dicuplik dari Euis D, Sumber: Buzurg Zanon Shadre Islom (Para perempuan besar awal kemunculan Islam), Pazuhesykadeh Tahqiqote Islomi (penelitian dalam bidang keislaman), hal 38-43